Tuesday, January 24, 2012

tentang IRMA

Mempermasalahkan dilema tentang organisasi memang tak cukup menarik dijadikan topik. Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Al-Mubarok yang masih menjadi tonggak utama bagi para pemuda-pemudi di Pos Bitung misalnya. Saya yang semenjak awal bulan ini memangku jabatan sebagai Ketua IRMA periode 2012-2014 sangat tidak berkompeten dalam mendidik dan menyuarakan pergerakan demi perkembangan IRMA. Saya yang berlatar belakang pendidikan umum, berkecimpung lama dalam soal pendidikan eksak, merasa sangat tertantang mendapat amanah ini. Apalagi saya masih termasuk anggota yang baru bergabung sekitar kurang lebih 2 tahunan.


Ketua IRMA yang menjabat sebelum saya, Imam Muttaqin merupakan sosok yang sangat berarti bagi anggota IRMA yang lain terlebih bagi diri saya sendiri. Berkat pertolongan Allah lewat beliaulah, IRMA masih bisa dikatakan eksis hingga detik ini. Karena 5 tahun merupakan waktu yang tidak sedikit dan butuh perjuangan yang sangat telaten untuk mengumpulkan dan membimbing pemuda-pemudi. Suasana di Bitung yang merupakan tempat strategis untuk berbagai kalangan bermukim. Tempat transit beragam kendaraan umum dari luar kota maupun dalam kota menyebabkan masyarakat yang bertempat disini adalah bersifat heterogen karena begitu banyak pemukim yang berasal dari suku berbeda dengan membawa adat yang berbeda pula dari kampungnya. Mau tidak mau, budaya pun tergerus dari yang tadinya saling rukun dan selalu bernaung dalam nilai-nilai agama. Sedikit demi sedikit terdapat pengelompokkan golongan dan mulai mencoba melanggengkan kegiatan yang jauh dari budaya ketimuran. Tak elak masjid pun semakin hari semakin sepi walau Alhamdulillah masih terdapat beberapa jamaah, karena masyarakat disini yang lebih mementingkan pekerjaan dan kecemasan akan tak memiliki penghasilan sehingga tidak jarang yang lalai shalat. Begitupula pemuda-pemudinya, para orang tua yang sibuk bekerja menyebabkan proses pendidikan anak di rumah menjadi tak termonitor oleh orang tua.

Tetapi di tangan Imam Muttaqin lewat pengarahan Al-Ustadz Al-Mukarom Drs. H. Ahmad Yani semua rintangan yang menyebabkan pergeseran nilai di masyarakat dapat dihadang dan teratasi dengan rapi dan bijaksana. Meskipun sang guru H. Mbang (panggilan Al-Ustadz H. Ahmad Yani) terkadang sedikit menggunakan kata-kata yang sangat berindikasi membuat pendengarnya takut. Tetapi beliau sendiri menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam bermasyarakat terlebih bagi pendidikan agama bagi setiap individu IRMA. Kedua tokoh ini sangat berjasa besar bagi hidup saya. Saya mungkin akan lebih tenggelam dalam kejahilyahan jika tidak bertemu sosok mereka berdua.

Alhamdulillah, lewat amanah yang diemban sekarang saya hanya dapat berusaha sebaik mungkin agar jamaah IRMA tidak terjerumus lagi dalam budaya kefasiqan. Serta terus ber istiqomah dalam beribadah dan mengamalkan apa-apa yang telah diajarkan sang guru. Berikutnya pengalaman saya dalam memimpin organisasi hanyalah sekelumit waktu saja. Itupun saya masih dalam tahap belajar. Saya sendiri masih merasa awam di IRMA. Saya juga berterima kasih pada sahabat karib Erwin Khoirudin yang dahulu pada tahun 2009 mengajak saya untuk ikut bergabung dalam organisasi ini. Kami berdua insya Allah dengan bantuan rekan-rekan IRMA terus berusaha melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh para pendahulu kami dalam mempertahankan ikatan ini.

Semoga Allah meridhoi perjuangan kami beserta yang lain. Dan mengukuhkan persaudaraan di IRMA maupun di masyarakat. Aamiin.........